Wednesday, May 16, 2007

resensi buku


Kesastraan
Melayu Tionghoa
dan Kebangsaan Indonesia
penerbit : KPG

Bagi para peminat / penikmat bacaan yang berbau sastra buku kesastraan melayu tionghoa dan kebangsaan Indonesia ini bisa menjadi santapan atau bacaan yang mengasyikkan, mengajak kita untuk ikut mengalir ke dalam sejarah masa lampau juga , mulai awal perkembangan kesastraan tionghoa dari abad ke 19 berkembang sampai abad 20. Setiap tulisan yang dipilih dapat menujukan peranan masyarakat peranakan Tionghoa dalam proses terbentuknya kebangsaan Indonesia, dan diperkirakan akan terbit 25 jilid. Kaum peranakan Tionghoa adalah suatu minoritas yang tidak mempunyai wilayah tertentu tetapi tersebar diseluruh Indonesia. Mereka merupakan hasil kawin campur antara orang-orang tionghoa dengan masyarakat setempat, hingga terciptanya silang budaya atau meminjam istilah dari seorang Remy sylado terjadinya kemempelaian budaya, dan Bahasa yang biasanya disebut bahasa melayu tionghoa, umumnya dengan dialek Fujian atau Hokkian. sastra mereka, yang ditulis dalam bahasa lisan sehari hari, terdapat juga kata-kata dalam bahasa jawa atau dialek setempat lainnya, seperti Sunda, bahkan seringkali belanda, tidak saja dipakai dalam pergaulan sehari hari tetapi juga digunakan dimedia massa yang keberadaanya dapat ditelusuri sejak pertengahan abad 19, dan media massa ini menyebabkan timbulnya kesastraan. Menghidupkan kembali budaya dan sastra local yang jarang di dengungkan bahkan dsdisentuhl sama artinya dengan menghidupkan kembali identitas lokal dalam kontek karya yang tercipta ini, generasi sekarang ini mungkin sebagian melupakan atau bahkan tidak mengenal dengan karya - karya sastra lokal yang tidak kalah hebatnya dengan karya sastra dari luar, dan bagaimana gejolak kesastraan berbenturan dengan kebijakan pemerintahan pada massa itu sampai masa orde baru yang terdiskriminasikan dengan aturan- aturan yang diterapkan. Buah karya ini adalah salah satu kekayaan khasanah perbendaharaan literature di Indonesia, membaca kembali dokumen atau kumpulan karya sastra ini , generasi bangsa Indonesia sekarang dan masa datang yang akan dapat merasakan suka duka masyarakat jajahan dalam mengubah nasib secara lambat laun menjadi bangsa yang merdeka . Perasaan itu mungkin bisa sedemikian mendalam sehingga seolah olah terjadi percakapan pribadi dengan tokoh-tokoh masa lalu. Sesungguhnya, tidak mustahil bahwa beberapa dari pembaca bahkan akan bisa menemukan kisah-kisah kakek atau buyut mereka dalam kumpulan buku ini. Terlepas dari situ kumpulan buku ini telah memberikan landasan kuat bagi kritik sastra yang sangat diperlukan untuk lebih memajukan penelitian sastra Indonesia modern, dalam kata pengantar jilid ke III oleh prof .liang Liji, tak salah bila jakob soemardjo mengatakan” bila dipandang dari sudut sejarah Kesastraan Melayu Thionghoa merupakan cikal bakal sastra modern Indonesia. Kesastraan tersebut tidak hanya muncul sebentar , melainkan terus berkembang searah dengan perkembangan sejarah sejurus ke zaman modern dan semakin menyatu padu dengan arah perjalanan sastra Indonesia modern sehingga akhirnya menjadi satu sama sekali ”, di dalam tiap jilid menampilkan isi yang beragam dari kumpulan syair yang di buat pada tahun 1870 dan cerita- ceritan roman sampai dengan perkembangannya, syarat dengan kontek bahasa dan keadaan sosial pada saat karya tercipta. Untuk para peminat sekaligus pencita bacaan tidak hanya bisa mencicipinya buku kesastraan melayu thionghoa ini tetapi tidak salah juga kumpulan buku ini bila dijadikan koleksi.